Beranda | Artikel
Kesabaran dan Optimisme Nabi Yaqub
Selasa, 10 Desember 2024

Kesabaran dan Optimisme Nabi Ya’qub adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Al-Bayan Min Qashashil Qur’an. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc. pada Senin, 7 Jumadil Akhir 1446 H / 9 Desember 2024 M.

Kajian Tentang Kesabaran dan Optimisme Nabi Ya’qub

Pada pertemuan sebelumnya, kita telah membahas tentang kisah Binyamin yang ditahan di Mesir. Hal ini merupakan bagian dari rencana yang dibuat oleh Nabi Yusuf, sebagaimana Allah sebutkan dalam Al-Qur’an:

…كَذَٰلِكَ كِدْنَا لِيُوسُفَ…

Demikianlah Kami membuat suatu rencana untuk Yusuf.” (QS. Yusuf [12]: 76).

Ketika Binyamin tidak bisa pulang bersama saudara-saudaranya ke Kan’an, mereka kembali kepada Nabi Ya‘qub dan memberikan kabar yang membuat Nabi Ya‘qub semakin bersedih. Dalam Al-Qur’an, disebutkan bagaimana Nabi Ya‘qub mengeluhkan kesusahannya kepada Allah. Allah berfirman:

قَالَ إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ

“Ya’qub menjawab: ‘Sesungguhnya aku hanya mengadukan kesusahan dan kesedihanku kepada Allah, dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kalian ketahui.`” (QS. Yusuf [12]: 86).

Pelajaran yang luar biasa dapat kita ambil dari Nabi Ya‘qub ‘Alaihis Salam. Beliau hanya mengeluhkan seluruh kesusahan dan kesedihannya kepada Allah. Ini adalah pengajaran penting bagi kita. Jika menghadapi masalah, sebaiknya kita mengadukannya kepada Allah, bukan kepada manusia.

Sebagian dari kita mungkin terbiasa “curhat” kepada sesama, tetapi Al-Qur’an mengajarkan bahwa tempat terbaik untuk mengadu adalah Allah Subhanahu wa Ta‘ala.

Selain itu, dari kisah ini kita juga belajar tentang kesabaran yang luar biasa dari Nabi Ya‘qub. Beliau mengajarkan kepada kita untuk tetap bersabar dalam menghadapi berbagai ujian hidup dengan terus bergantung kepada Allah.

Dalam surah Yusuf ayat 83, Nabi Ya‘qub berkata:

…فَصَبْرٌ جَمِيلٌ ۖ عَسَى اللَّهُ أَنْ يَأْتِيَنِي بِهِمْ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ

“Maka kesabaran yang baik (itulah kesabaranku). Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semuanya kepadaku. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana” (QS. Yusuf [12]: 83).

Pelajaran yang dapat kita ambil dari ayat ini adalah pentingnya kesabaran dan sikap optimis. Nabi Ya‘qub mengajarkan untuk selalu berharap kepada Allah Subhanahu wa Ta‘ala. Meskipun terpisah bertahun-tahun dari Nabi Yusuf, putra yang sangat dicintainya, beliau tidak pernah putus asa. Harapannya kepada rahmat Allah tetap terjaga, sambil terus menanti karunia dan rahmat-Nya untuk mempertemukannya kembali dengan semua anak-anaknya.

Subhanallah, inilah bentuk keteguhan hati yang luar biasa. Nabi Ya‘qub menunjukkan kepada kita dua amal yang sangat kuat: kesabaran (shabr) dan harapan (raja’). Harapan yang beliau miliki begitu besar, tanpa sedikit pun pesimisme atau putus asa.

Dalam surah Yusuf ayat 87, Nabi Ya‘qub berkata kepada putra-putranya:

يَا بَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ

“Wahai anak-anakku, pergilah dan carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya, dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tidak ada yang berputus asa dari rahmat Allah kecuali orang-orang yang kafir” (QS. Yusuf [12]: 87).

Dari ayat ini, terlihat jelas bagaimana Nabi Ya‘qub mengajarkan pentingnya menjaga harapan kepada Allah Subhanahu wa Ta‘ala. Ia memerintahkan putra-putranya untuk mencari Yusuf dan saudaranya, Binyamin. Penempatan nama Yusuf di awal menunjukkan kerinduan Nabi Ya‘qub yang mendalam terhadap putranya itu, yang telah lama terpisah.

Selanjutnya, pelajaran yang disampaikan adalah bagaimana seseorang yang ditimpa musibah, termasuk penyakit, tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah. Apa pun penyakitnya, ia wajib merendahkan diri, berdoa, dan memohon kesembuhan kepada Allah.

Sebagai contoh, kita dapat meneladani Nabi Ayyub ‘Alaihis Salam yang diuji dengan penyakit sangat berat. Beliau tidak hanya sakit selama sehari atau dua hari, tetapi selama 18 tahun. Dalam ujian itu, Nabi Ayyub tetap bersabar, terus berdoa kepada Allah, dan tidak pernah kehilangan harapan.

Ujian berat itu bahkan membuat beliau jatuh miskin dan ditinggalkan oleh banyak orang, kecuali istrinya yang setia mendampingi. Dalam hadits disebutkan, ketika Nabi Ayub sembuh dari penyakit parah, istrinya tidak mengenali beliau.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an, surah Al-Anbiya ayat 83-84:

وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ ‎﴿٨٣﴾‏ فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِن ضُرٍّ ۖ وَآتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُم مَّعَهُمْ رَحْمَةً مِّنْ عِندِنَا وَذِكْرَىٰ لِلْعَابِدِينَ ‎﴿٨٤﴾‏

“Dan ingatlah hamba Kami Ayub, ketika ia berdoa kepada Rabbnya: ‘Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara para penyayang.’ Maka Kami kabulkan doanya, Kami hilangkan penyakitnya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, bahkan Kami lipat gandakan (jumlah mereka) sebagai rahmat dari Kami dan sebagai peringatan bagi orang-orang yang beribadah.” (QS. Al-Anbiya[21]: 83-84)

Selama delapan belas tahun, Nabi Ayub diuji dengan penyakit. Allah mengajarkan kita untuk tidak putus asa dalam menghadapi cobaan, sekalipun sakit. Teruslah berdoa dan berikhtiar. Allah sangat mudah menyembuhkan penyakit, bahkan tanpa obat. Namun, kita tetap dianjurkan untuk berobat dengan cara yang syar’i.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Simak dan download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54782-kesabaran-dan-optimisme-nabi-yaqub/